ARTIKEL TAMU

Ketika Samuel Mendengar Suara dengan Implan Rumah Siput MED-EL

“Dunia ini rasanya ada di genggaman, kalau saja Samuel bisa panggil aku papa,” kata Ibu Murniati Sitohang, Ibunda Samuel, mengungkapkan betapa sang suami ingin sekali mendengar Samuel bisa memanggil namanya. Dan, kini, dengan implan rumah siput MED-EL, semua yang diharapkan berbuah manis.

Siang itu, MED-EL memang bertemu dengan Ibu Murniati Sitohang, yang kami panggil dengan Mama Samuel. Mama Samuel berjanji untuk mau berbagi pengalamannya mengasuh anak dengan gangguan dengar, yang saat ini juga menjadi pengguna implan rumah siput MED-EL. Nah, ini dia cerita Samuel, pengguna implan rumah siput bilateral, MED-EL.

Samuel Belum Bicara Sepatah Katapun di Usia 1 Tahun 6 Bulan

Saya mulai merasakan adanya masalah gangguan dengar, saat Samuel belum mengeluarkan sepatah kata pun, atau pun tidak babling di usia 1,5 tahun. Samuel juga tidak mendengar klakson motor setiap saya pulang bekerja. Saat itu, saya bercerita ke suami saya, namun ia berusaha menenangkan saya. Memang, sebelumnya di keluarga kami ada keponakan yang baru lancar bicara di usia 5 tahun. Akhirnya saya berusaha menenangkan pikiran saya, dan menganggap bahwa Samuel hanya terlambat bicara.

Saya sendiri adalah pengajar di SLB, jadi sebenarnya saya sudah punya cukup pengalaman berhubungan dengan anak-anak dengan masalah pendengaran. Karenanya, di usia 1 tahun 7 bulan, kecurigaan saya semakin bertambah. Samuel bahkan tidak kaget mendengar suara petasan dan petir.

Akhirnya saya mengajak suami untuk memeriksakan pendengaran Samuel ke dokter Anak, lalu kami pun di rujuk ke Dokter THT. Kami melakukan serangkaian pemeriksaan untuk pendengaran anak, dan hasilnya menyatakan bahwa benar, Samuel tidak bisa mendengar. Gangguan pendengaran Samuel berada di derajat sangat berat, 110dB. Saat itu saya lebih tenang menghadapi diagnosa tersebut, tapi tidak dengan suami saya. Dia terdiam. Kegelisahan utamanya adalah, bagaimana menyampaikan kondisi Samuel kepada kedua orang tua kami.

Jujur saja, saat itu, dokter langsung memberikan saran kepada kami untuk menggunakan implan rumah siput sebagai pilihan untuk gangguan dengan 110 dB, yang menurut mereka terbaik saat itu. Tapi kami tidak lantas mengambi keputusan, selain juga biaya yang tidak murah.

Implan Rumah Siput Begitu Mahal dan Berisiko, Kami Memilih Pengobatan Alternatif

Samuel - implan rumah siput - Indonesia2

Terus terang, Kami sempat bingung dengan apa yang sebaiknya kami lakukan saat itu. Setelah mendengar informasi dari dokter bahwa salah satu cara untuk bisa membuat Samuel mendengar adalah dengan implan rumah siput, yang harganya sangat mahal, kami justru memilih untuk mencoba pengobatan alternatif lain. Pertimbangan lain mengapa kami tidak langsung memberikan Samuel implan adalah, karena dari pihak orang tua pun khawatir dengan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pasca bedah kepala.

Akhirnya kami mencoba beragam alternatif, harapan kami adalah gangguan dengarnya akan berkurang, walaupun sedikit saja. Tidak hanya di sekitaran Sumatera, Kami juga pergi ke Surabaya, mencoba sebuah alternatif yang menyatakan mereka mampu membuat anak saya bisa mendengar dalam waktu semenit. Ada beberapa alternatif yang kami coba, harapan kami hanya gangguan dengar itu bisa berkurang, walau sedikit.

Pengobatan yang Tidak Membawa Perubahan pada Samuel, Kami pun Kembali Ke medis

Ya, gangguan dengar Samuel tetap berada di 110 dB, setelah sekian lama kami melakukan terapi alternatif. Ini seolah membuang waktu untuk Samuel dan kami kedua orang tuanya, biayanya pun tidak sedikit. Saya mulai berpikir untuk kembali ke medis. Apalagi anak saya sudah beranjak 5 tahun saat itu.

Beberapa anggota keluarga lain mulai memberikan masukan, termasuk adik saya. Mereka juga mulai memberikan semangat baru kepada saya, agar saya berani membuat keputusan lainnya. Tujuannya agar Samuel memiliki masa depan yang lebih baik, tidak bergantung seterusnya pada kedua orang tuanya dan bisa mandiri.

Keluarga juga yang menyarankan saya untuk mempertimbangkan implan rumah siput. Dengan banyak pertimbangan dan dukungan, akhirnya suami saya memutuskan untuk berangkat ke Jakarta guna mencari tahu tentang apa itu implan koklea. Setelah mencari banyak informasi dan melihat perkembangan anak-anak yang menggunakan implan rumah siput, akhirnya kami pun dengan segala upaya, memutuskan untuk memberikan telinga Samuel implan rumah siput MED-EL. Saat ini Samuel menggunakan implan rumah siput Bilateral dari MED-EL.

Harapan terbesar Saya adalah, Samuel bisa mendengar, bicara dan mandiri!

Sebelum memberikan Samuel implan rumah siput, saat itu saya sebenarnya berupaya dulu berdamai dengan hati, setelah sekian lama saya dalam keadaan yang bingung. Saya juga berusaha ikhlas menerima dia sebagai titipan Tuhan. Terus terang kami memang mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk ini. Tidak hanya dari kami berdua, tetapi juga bantuan orang tua, mertua dan juga adik-adik. Tentu harapan terbesar saya adalah dia bisa mendengar, bisa berbicara dan berkomunikasi dan kelak bisa mandiri, tidak lagi bergantung pada saya ketika dewasa.

Saya pun menyadari bahwa menggunakan implan rumah siput adalah awal baru untuk Samuel. Kami harus menjalani berbagai macam habilitasi agar harapan-harapan kami bisa tercapai. Jika pertanyaannya apakah sudah tercapai, terus terang, ketiga harapan sederhana yang saya bangun yaitu Samuel bisa mendeteksi suara, mendengar, bisa bicara dan berkomunikasi pun mulai tercapai satu per satu. Saat ini test FFT Samuel sudah sampai di 25 dB.

Membangun Kemampuan Mendengarnya dengan Habilitasi Mendengar yang Konsisten

Habilitasi mendengar atau mengikuti terapi AVT, untuk menstimulasi pendengaran Samuel, adalah langkah pertama yang saya ambil ketika Samuel menggunakan implan rumah siputnya. Saya berusaha banyak belajar bagaimana untuk bisa menghabilitasi Samuel. Saya lakukan itu setiap hari dengan konsisten. Saya juga ikutkan Samuel dalam sekolah inklusi, agar samuel bisa berinteraksi dan bersosialisasi.

Kebetulan, karena Samuel sudah sekolah saat ini, Samuel pun saya ikutkan dalam beberapa ekstrakulikuler yang ia sukai. Samuel suka mewarnai, maka saya juga mengajak ia mengikuti lomba-lomba mewarnai. Dalam setiap kegiatan ini, ada banyak kosakata yang ia pelajari.

Kenali dan Cintai Alat di Telingamu, Itu yang Selalu Saya Tanamkan agar Ia Tetap Percaya Diri.

Samuel - implan rumah siput - Indonesia3

Ini memang membutuhkan kerja keras dan kesabaran. Untuk membangun kepercayaan diri Samuel, yang terlebih dahulu saya lakukan adalah, saya mengenalkan ia dengan alat implan rumah siput yang digunakannya. Saya berusaha membuat Samuel akrab dengan alat tersebut, karena bagaimanapun alat itu adalah bagian dari dirinya. Dalam pengenalan tersebut, saya juga selalu menggunakan kata-kata yang positif. Mulai dari awal mengenalkan kepada anak mengapa harus ada alat ini selalu bersamanya, apa fungsinya, dan apa yang akan terjadi jika ia tidak menggunakannya.

Kedua, saya juga selalu membawa Samuel kemana pun juga, seperti acara pesta perkawinan, ulang tahun, ke mall dsb. Saya berupaya membangun kepercayaan dirinya dengan banyak bersosialisasi dan bertemu orang baru. Saya berpikir, kita tidak boleh merumahkananak, hanya karena ia memiliki keterbatasan.
Saya juga berupaya menjawab semua pertanyaan Samuel. Saya pikir ini perlu. Anak-anak harus mendapatkan jawaban-jawaban tentang masalahnya dari orang tuanya, bukan dari orang lain.

Dan, yang terpenting lainnya adalah, Tanamkan pemikiran yang positif pada anak. Dukunglah selalu anak-anak untuk maju. Selalu berikan anak kata-kata penyemangat yang positif, untuk membesarkan hatinya. Libatkan ia dalam kegiatan-kegiatan yang juga biasa dilakukan anak-anak lainnya, yang tidak memiliki keterbatasan, agar lebih percaya diri. Saya pun mendorong Cristopher, adik kandung Samuel untuk senantiasa merangkul kakaknya yang memiliki keterbatasan, agar bisa saling mendukung dan melindungi satu dengan yang lainnya.

Pesan Saya, jangan Menunda untuk melakukan terapi pada anak Anda. Segera ambil keputusan! Percayalah pasti ada jalan keluarnya.

Samuel - implan rumah siput - Indonesia4

Jika ditanya apa yang ingin saya sampaikan pada orang tua lain di luar saya, tentu saya bukanlah siapa-siapa. Saya pun masih harus banyak belajar. Tapi, inilah yang bisa saya sampaikan:

Pertama, tentu kembali ke orang tua dahulu, ya! Orang tua perlu berdamai dulu dengan hati dalam menerima kondisi anak-anak mereka. Lalu lakukan apapun yang terbaik untuk anak-anak. Orang tua harus tampil paling depan untuk memberikan support penuh pada anak-anak mereka yang memiliki keterbatasan. Dan, jangan menunda untuk mengambil keputusan untuk terapi anak-anak kita, lalu memberikan habilitasi tambahan untuk mendukungnya mendengar. Ini perlu, pastikan terapi yang kita berikan sudah sesuai dengan kebutuhan mendengarnya. Jangan lupa, tetaplah bekerjasama dengan dokter, audiologis dan para terapis agar anak mendapatkan banyak kemajuan.

Nah, untuk orang tua yang anaknya sudah menggunakan implan rumah siput, mari kita konsisten memberikan habilitasi kepada anak-anak kita. Konsisten ini sangat diperlukan. Jangan sampai, hari ini kita memasukan banyak kosakata kepada anak, lalu hari berikutnya tidak sama sekali. Konsisten. Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan, saya melibatkan juga anak saya Christopher untuk bisa mensupport abangnya.

Sekali lagi, jangan terlalu lama berpikir dalam mengambil keputusan, karena semakin dini anak diterapi, hasilnya pun semakin baik. Dan, pastikan terapi yang Anda pilih sudah sesuai dengan yang anak Anda butuhkan.

Terimakasih Ibu Murniati Sitohang

Terimakasih atas pesan Anda, kami akan segera membalas.

Kirimkan kami pesan

Wajib diisi

John Doe

Wajib diisi

name@mail.com

Wajib diisi

What do you think?

Mengirim pesan

Memproses komentar

Maaf, terjadi kesalahan. Silakan dicoba kembali.

Terima kasih atas masukan Anda. Komentar Anda akan dipublikasikan setelah disetujui.

Tinggalkan komentar Anda