Perjalanan Habilitasi Mendengar dan Wicara Mika – Tentang Ekspektasi dan Pencapaian
Mika masih berada di sekolahnya saat tim MED-EL datang ke rumahnya, dan berbincang panjang dengan Mamanya, Laely Ekawati. Perkembangan mendengar Mika yang pesat, tentu tidak lepas dari peran serta sang Mama yang terjun langsung pada setiap proses habilitasi mendengar dan wicara Mika.
Tiga tahun lalu, Mika mendapatkan diagnosa gangguan pendengaran, dengan derajat gangguan dengar sangat berat di kedua telinga. Hal yang sudah bisa diduga sebelumnya, mengingat saat hamil, ibunda Mika sempat terpapar rubella. Walaupun sudah diduga, namun persiapan untuk menjalani kenyataan tersebut tidaklah cukup. Ya, menurut Mama Mika, ia tidak banyak memiliki informasi sebelumnya tentang masalah anak dengan gangguan dengar, tentang terapi gangguan dengar dan habilitasi mendengar.
Beruntung orang tua Mika bertemu dengan orang-orang yang tepat. Bertemu dokter yang senantiasa ramah menjelaskan tentang masalah pendengaran dan terapinya, bertemu dengan perusahaan yang senantiasa mendampingi Mika sejak awal sampai akhirnya bisa menggunakan implan rumah siput, bertemu dengan beragam ruang dan tempat habilitasi beserta para terapis, yang memberi banyak pengalaman bagi mika dan orang tuanya. Selain itu , juga bertemu dengan orang tua lain yang memiliki masalah yang sama, sehingga orang tua Mika tidak merasa berjuang sendirian.
Perkembangan mendengar Mika terbilang baik selepas ia menggunakan implan rumah siputnya. Sejak awal aktivasi, mika memperlihatkan hal yang positif.
Ekspektasi dan Target yang Berjalan Berkesinambungan
Bicara tentang membangun ekspektasi, sama dengan yang lain, Mama Mika mengatakan bahwa ia hanya ingin agar Mika bisa berbicara. “Jika ingin lebih detail, inginya Mika bisa berbicara jelas, dengan artikulasi yang baik, sehingga orang lain mungkin tidak menyadari jika ia terlahir dengan gangguan oendengaran, “ tutur Mama Mika. Tentu, ekspektasi ini beberapa tingkat lebih membutuhkan usaha, dibanding jika hanya Mika cukup bisa berbicara saja.
Karenanya, semua target disusun dengan hati-hati oleh Mama Mika. Ia memulai dari mengenalkan banyak kosakata dan memaknainya, memperbaiki artikulasi, menyusun kalimat, sampai pada berkomunikasi dua arah. Semua memiliki rencananya masing-masing.
“Persentase keberhasilan dengan kondisi sekarang, yaitu setelah Mika menggunakan implan rumah siput selama dua tahun, dan setelah semua proses dilakukan dengan usaha yang penuh, sekarang Mika sudah bisa komunikasi dua arah, susunan SPOK nya sudah mulai terbangun walau belum sempurna, artikulasi Mika juga sudah lebih jelas setiap harinya. Saya senang, setidaknya setengah perjalanan dari ekspektasi saya sudah terlewati.” Tutur Mama Mika.
Habilitasi Mendengar, Faktor Utama yang sangat Menunjang!
Habilitasi mendengar dan wicara merupakan faktor utama yang membersamai anak-anak dengan gangguan pendengaran.
Mama Mika adalah salah satu orang tua yang sangat bersemangat saat diajak berbincang tentang habilitasi mendengar dan bicara. Ia mantap sekali menyebutkan pentingnya habilitasi mendengar dan wicara yang konsisten untuk Mika, dan bagaimana Mika bisa berjalan dengan baik sejauh ini karena hal tersebut.
Habilitasi mendengar dan wicara merupakan faktor utama yang membersamai anak-anak dengan gangguan pendengaran. Dan, Orang tua yang memiliki andil terbesar dalam perkembangan anak, apakah ia ingin anaknya cepat atau lambat dalam mencapai kemampuan bicara dan berbahasanya, itu semua tergantung pada keputusan dan eksekusi orang tua. Memang, tidak semua orang tua bisa bersama dengan anak setiap saat, khususnya yang dalam satu dan lain hal, tidak bisa meninggalkan pekerjaan mereka. Menurut Mama Mika, hal ini seharusnya tidak menjadi kendala, karena orangtua harus juga bisa menunjuk siapa saja yang bisa didelegasikan tugas ini, dan bisa mengembannya dengan baik.
Target Tahun Pertama – Kosakata Reseptif yang Sempat Keteteran
“Saya ingat, sebelum saya resign, saat itu setelah 6 bulan pertama, perkembangan kosakata Mika belum memenuhi ekspektasi kami. Tidak lama setelah Mika diimplan, kami langsung di arahkan ke Rumah Siput Indonesia. Nah, di sinilah saya mendapat edukasi yang cukup banyak, terumata tentang keterlibatan orang tua pada proses terapi anak mereka. Karena disana mengadopsi konsep AVT, jadi mereka banyak memberikan informasi tentang sejauh mana orang tua harus terlibat pada proses terapi AVT anak.”
Mama Mika menyadari, di enam bulan pertama usahanya kurang maksimal, menyebabkan target pun tidak terpenuhi, namun ia kembali menyusun target untuk satu tahun pertama, yaitu mengumpulkan kosakata reseptif sebanyak-banyaknya. Awalnya ia pun menurunkan target di satu tahun pertamanya.
Untuk mengenalkan Mika dengan kata-kata reseptif, Mama Mika banyak bermain meniru sesuatu, dan ini cukup efektif untuk Mika. Di satu tahun pertama pun target Mika tidak tertinggal jauh dari ekspektasinya. Ada banyak kosakata reseptif yang berhasil Mika miliki.
Setidaknya, ada beberapa catatan penting dari Mama Mika yang ia dapatkan saat ia menemani Mika menjalani habilitasi mendengar dan wicara, di Rumah Siput Indonesia, diantaranya adalah:
- Setiap kali menjalani terapi, anak harus merasa senang dan kondisi lingkungan terapi pun harus tenang.
- Sangat dianjurkan bagi orang tua untuk mengenalkan suara yang natural terlebih dahulu, bukan suara-suara yang berasal dari perangkat elektronik seperti smartphone, televisi dsb.
- Berbicaralah dalam jarak yang terdekat. Sebisa mungkin berbicara dari sisi kiri atau kanan anak, bukan dari sisi depan (berhadapan)
- Buatlah sebuah permainan dalam sesi terapi selalu interaktif dan kreatif jadi tidak membosankan, dan jangan lupa melakukan evaluasi setiap kali selesai melakukan terapi.
Semakin sering Mama Mika bertemu dengan terapis dan juga mendalami AVT, semakin banyak hal tentang AVT yang ingin ia ketahui. “Alhamdulillah, Rumah Siput Indonesia memiliki program kelas Keterampilan Sosial dan Parent Curriculum Training. Orang tua tidak hanya belajar tentang strategi AVT, tapi di sana juga banyak memberikan tips tentang bagaimana habilitasi mendengar dan wicara seharusnya dilakukan di rumah, bagaimana kondisi rumah, juga bagaimana mengondisikan anak.”
Meluaskan Terget di Tahun Kedua – Artikulasi
Setiap anak memiliki perlakuan yang berbeda-beda pada habilitasi mendengar dan wicaranya. Penting untuk menyesuaikan dengan karakter anak.
Ketika target di tahun pertama bisa memberikan kepuasan kepada Mama Mika, maka target di tahun kedua pun semakin meluas. Selain kata reseptif yang terus ditingkatkan, ekpresifnya juga dikembangkan. Selain itu, masalah artikulasi mulai diperhatikan dengan lebih fokus. Tiga target ini bukanlah mudah, perlu usaha dalam mencapai semuanya.
“Mika seringkali kehilangan konsonannya. Pada dasarnya ia sudah bisa memproduksi konsonan set pertama yaitu huruf p, b, m, w dan h terkecuali huruf n, namun untuk menju ke set kedua, Mika belum bisa.” Kata Mama Mika. FSalah satu contih yang diberikan oleh Mama Mika adalah, ketika Mika minta minum susu, Mika menyebutnya “Amma au uu”. Tentu, bagi Mama Mika ini adalah pekerjaan baru untuknya, tapi ini sangat penting diperbaiki, apalagi mengingat ekpektasi orang tua adalah Mika adalah, ia bisa berbicara dengan artikulasi yang jelas.
“Terapis mengatakan bahwa saya kurang sering mengoreksi ketika Mika menyebutkan kata dengan konsonan yang hilang. Mungkin benar, tidak semua anak gangguan dengar cukup dengan hanya satu atau dua kali koreksi dan lantas bisa mengatakan sebuah kata dengan benar. Mika membutuhkan koreksi yang lebih banyak. “ kata Mama Mika. Dari sini, ada point penting lainnya yang didapat oleh Mama Mika yaitu, setiap anak memiliki perlakuan yang berbeda-beda pada habilitasi mendengar dan wicaranya. Penting untuk menyesuaikan dengan karakter anak.
Tahun kedua, juga menjadi tahun yang lebih sibuk untuk Mama Mika. Tidak hanya bertemu dengan audiologis atau terapis, ia juga semakin sering menyempatkan dirinya untuk bertemu dengan orang tua yang memiliki anak dengan gangguan pedengaran. Menurutnya, sharing dengan para orang tua adalah hal yang sangat penting dilakukan. Seringkali orang tua menemukan masalah dengan anaknya, dimana orang tua lain sudah menemukan solusinya. Disanalah pentingnya melakukan sharing.
“Pertemuan saya dengan Mbak Yani – Bundanya Emma, juga memberi informasi baru lagi tentang pentingnya saya melakukan pemeriksaan tumbuh kembang secara keseluruhan pada Mika,” katanya. Saat itu, masalah Mika yang belum bisa menyebutkan konsonan dalam sebuah kata dengan baik adalah hal yang harus ia cari tahu penyebabnya. “Saya memutuskan untuk melakukan test oral motor, mengingat organ bicara Mika tidak digunakan selama 2,5 tahun, mungkin saja ada kendala disana,” katanya menambahkan.
Ternyata hasilnya berbuah manis, setelah menjalani test oral motor, Mama Mika mendapat banyak masukan untuk melatih oral Mika. Mulai dari lebih sering memberikan Mika makanan yang bisa dikunyah, yang kenyal, agar mulutnya lebih lemas dan tidak kaku.” Awalnya saya adalah orang tua yang jarang memberikan permen pada Mika. Tapi setelah disarankan agar Mika mengonsumsi makanan yang dikunyah, kenyal, dsb, maka saya jadi rajin memberikan permen,” katanya tersenyum.
Ternyata hal positif terjadi. Setelah menjalani serangkaian terapi oral motor ditambah dengan strategi AVT auditory bombardement secara intensif, satu persatu konsonan Mika mulai terdengar dalam kata yang ia sebutkan. Huruf “N” adalah konsonan pertama lalu disusul huruf D. Dulu, ia hanya mengatakan “a…a…” saat melambaikan tangan ke Ayahnya yang akan bekerja, sekarang ia bisa menyebutkan “Da…Da….”. Hal ini merupakan perkembangan yang sangat positif untuk Mika. Sekarang semua konsonan Mika sudah diproduksi, kecuali huruf R.
Dari sini, Bunda Mika mempunyai catatan baru tentang terapi anak dengan gangguan dengar, ternyata sekalipun fungsi pendengarannya cukup oke untuk ia mendengar, tapi jika kondisi oral motornya bermasalah, maka tetap akan berpengaruh ke perkembangan bahasa anak. Inilah pertingnya melakukan pemeriksaan lanjutan. Dengan menjalani terapi oral motor beriringan dengan AVT, hasilnya semakin lebih baik.
Menciptakan Sebuah Support System
“Terapis bagi saya adalah partner dalam banyak hal, termasuk dalam mengambil keputusan.”
Mungkin tidak banyak orang tua yang menyadari betapa pentingnya membangun sebuah support system. Mama Mika telah belajar tentang bagaimana merencanakan, membangun support system dari yang terkecil. Itulah yang dilakukan Mama Mika.
Support system terkecil tentulah keluarga. Dalam hal Mika, Kakak dan Ayah Mika adalah bagiannya. Mama Mika mengedukasi Kakak dan Ayah Mika tentang bagaimana kondisi dan perkembangan Mika. Ia juga memberitahukan tentang bagaimana lingkungan yang dibutuhkan Mika, agar ia bisa berkembang dengan baik setiap harinya, terutama dalam hal berbicara dan berbahasa. “Tidak berteriak saat bicara dengan Mika. Memberikan Mika lingkungan mendengar yang tenang saat rehabilitasi di rumah seperti tidak menonton TV di dekat Mika saat ia sedang terapi, berbicara lebih dekat dengan telinga Mika, itu adalah beberapa hal yang saya edukasikan kepada mereka.”
Support system yang lebih luas lagi adalah audiologis dan terapis anak. Mengenai pendengaran dan alat, audiologis adalah partner utama kita. Sedangkan untuk proses habilitasi mendengar dan wicara Mika, terapis adalah partner kita yang paling dekat. Kepada mereka berdua, kita harus bekerja sama dengan baik. “Saya datang ke terapis, bukan hanya diskusi soal perkembangan bahasa mika, tapi juga hal lainnya yang terkait dengan hal tersebut, seperti tentang sekolah mika misalnya. Terapis bagi saya adalah partner dalam banyak hal, termasuk dalam mengambil keputusan. Alhamdulillah saya mendapatkan terapis yang kreatif sejauh ini, yang selalu punya hal-hal baru untuk Mika.”
Selain itu, para guru Mika dan tentu saja orang tua lain yang memiliki anak dengan gangguan dengar juga merupakan support system lainnya. Kepada mereka pun saya tidak segan untuk berdiskusi, berbagi tentang tumbuh kembang Mika, juga memberikan masukan jika diperlukan.
Mika dan Pembentukan Kepercayaan Dirinya
Dengan menghadapi segala macam tantangan selama habilitasi mendengar Mika, dan dari semua partner yang membentuk support system Mika, Mama Mika menyadari bahwa Mika lah partner utamanya. “Selama proses habilitasi, saya jadi tahu bagaimana sifat mika, ketertarikan mika dimana, kondisi emosi mika seperti apa, dari sana saya memahami bahwa mika bukan sekadar anak, tapi dia partner utama saya melakukan ini semua. Mika dan saya adalah tim, dan saya harus memahami satu sama lain. Saya, terutama yang harus memahami mika”
Dengan menyadari hal tersebut, maka Mama Mika pun sebisa mungkin menjadi advokat untuk Mika, agar ia tumbuh dan berkembang dengan kepercayaan diri yang baik, di tengah keterbatasannya. Mika kecil, mungkin belum mengerti mengapa ia menggunakan implan rumah siput di telinganya, dan mengapa yang lainnya tidak menggunakan. Tapi, seiring beranjaknya usia, Mika pasti akan menyadarinya dan bertanya.
Sebelum Mika bertanya, Mama Mika pun lebih dahulu menjelaskan. Konsep analogi kacamata menjadi jawaban yang cukup praktis dan mudah dipahami pada umumnya, dan hal itu pun yang terjadi pada Mika. Dengan ia menyadari kekurangan Mamanya, yang tidak bisa melihat tanpa kacamata, diharapkan ia pun bisa menerima kondisi nya yang tidak bisa mendengar tanpa alat implan rumah siputnya, dikarenakan telinganya yang telah rusak sejak ia kecil.
Mama Mika juga selalu membangun sisi positif Mika yang lain. “Mika anak yang pemberani, Mika anak yang cerdas, Mika punya prestasi, Mika anak yang kuat. Saya selalu mengatakan hal-hal ini kepada mika untuk memberikan muatan yang positif tentang dirinya,” kata Mama Mika. Mama Mika juga tak segan memberikan hadiah dan pujian jika Mika berhasil melakukan sesuatu.
Roleplay menjadi salah satu strategi untuk membangkitkan kepercayaan diri Mika. Biasanya sebelum Mika menghadapi situasi tertentu, Mama Mika selalu mengjak Mika bermain roleplay, yang berkaitan dengan situasi yang akan Mika hadapi nantinya, sehingga saat Mika berada dalam situasi tersebut, ia tidak lagi canggung dan juga menjadi lebih percaya diri.
Pesan Mama Mika : Manfaatkan Usia Emas Anak!
Di sepanjang perjalanan menemani Mika mendengar, mulai sebelum menggunakan alat sampai sekarang Mika sudah bisa berkomunikasi dua arah, Mama Mika bersyukur karena ia telah memulainya sejak dini. Ia sangat bersyukur karena, di usia emas Mika, dia telah memberikan banyak hal yang bisa membantu perkembangan wicara dan bahasanya.
“Usia emas anak kan tidak Panjang, manfaatkan sebaiknya dengan memberikan intervensi sedini mungkin,”
Itulah pesan Mama Mika pada orang tua yang memiliki anak dengan masalah yang sama dengan Mika. Dia berpesan untuk tidak membuang-buang waktu dan selalulah mencari tau lebih banyak tentang informasi yang tepat untuk membantu anak mendengar.
Satu lagi pesan yang paling penting adalah, jadilah orang tua yang aktif dalam proses habilitasi mendengar dan wicara anak. Jadilah kreatif. Serap ilmu sebanyak-banyaknya dan jangan malas untuk selalu belajar. Karena orang tualah yang paling dekat dengan anak, jadi kenali karakter anak sedalam-dalamnya, karena hal ini sangat penting untuk proses tumbuh kembang anak.
Terimakasih atas pesan Anda, kami akan segera membalas.
Kirimkan kami pesan
Wajib diisi
John Doe
Wajib diisi
name@mail.com
Wajib diisi
What do you think?