KIAT DAN SARAN Orang Tua

9 Aktivitas Sederhana untuk Mengasah Kemampuan Pragmatis si Kecil

Ajarkan si kecil mengembangkan kemampuan pragmatis mereka. Dengannya, ia akan bisa membangun sosialisasi yang lebih baik.

Kemampuan pragmatis merupakan salah satu kemampuan yang berperan sebagai alat interaksi sosial. Kemampuan ini mencakup penggunaan bahasa dalam percakapan, kemampuan untuk melakukan percakapan dua araah, kemampuan untuk merespon pembicaraan seseorang, dan sebagainya. Contoh yang paling sering dilakukan adalah tentang bagaimana seseorang menggambarkan tentang sebuah objek yang dilihatnya, mengatakan tentang apa yang dirasakannya, atau meminta untuk terlibat dalam sebuah permainan.

Seorang anak yang pendengarannya normal akan mendapatkan keterampilan ini secara alami setelah mereka berusia tiga tahun. Sedangkan, untuk anak dengan gangguan dengar, dibutuhkan rehabilitasi khusus untuk mendapatkan kemampuan pragmatis yang tepat, sehingga akan membantu anak Anda dalam berinteraksi dengan teman dan keluarga.

Nah, untuk para orang tua, berikut ini merupakan 9 contoh kegiatan yang dapat Anda lakukan dengan si kecil untuk meningkatkan kemampuan pragmatis mereka.

1. Meminta Sebuah Benda

Ajarkan si kecil untuk selalu menyebutkan nama benda apapun yang ia minta, sekaligus dengan menyisipkan kata-kata tambahan sepeti “tolong” jika ia meminta diambilkan benda tersebut, atau kata “Terimakasih” setelah ia menerima benda yang ia inginkan, atau saat akan menutup percakapan.

2. Meminta Tolong

Ketika anak Anda terlihat membutuhkan bantuan, ajarkan kepada mereka untuk menggunakan kalimat meminta tolong yang benar. Misalnya saat mereka inginkan sesuatu, ajarkan untuk mengatakan, “Tolong kakak Mama” atau mengatakan “Mama, Kakak minta tolong ambilkan…” Dengan membiasakan anak mendengar kalimat lengkap, sama juga membangun kemampuan pragmatis mereka.

3. Mengidentifikasi dan Menggambarkan Perasaan/Emosi

Sediakan beragam kosakata yang menggambarkan perasaan seseorang untuk membantu si kecil lebih spesifik ketika menggambarkan apa yang ia rasakan. Anda bisa mengajaknya bicara tentang bagaimana perasaan menggebu-gebu sekaligus cemas ketika akan pergi berpetualang, perasaan bahagia saat merayakan sesuatu, perasaan sedih atau kecewa karena sesuatu hal, dan sebagainya.

Anda bisa melakukannya dengan mudah, dengan bantuan buku. Caranya adalah, dengan menggambarkan bagaimana perasaan tokoh-tokoh yang ada di buku tersebut. Lalu, kembalikan kepada mereka jika kejadian tokoh di buku tersebut terkjadi pada mereka, tanyakan kepada mereka “Bagaimana jika kamu juga mengalami hal yang sama dengan tokoh ini?” Biarkan mereka mengembangkan kosakata mereka dalam cerita.

4. Mengklarifikasi jika mereka tidak mendengar atau tidak mengerti

Perhatikan dengan baik kapan si kecil terlihat tidak mengerti percakapan yang dilakukan. Ajarkan si kecil untuk mengatakan “Bisa diulangi?” atau “Apa yang baru saja kamu katakan?” dengan kalimat yang baik. Sangat penting untuk mengajarkan ke anak Anda bahwa mereka perlu benar-benar paham isi percakapan saat berkomunikasi, namun yang terpenting mereka juga harus paham bahwa mereka bukan satu-satunya orang yang memiliki masalah pendengaran atau masalah dalam memahami percakapan. Anda bisa mencontohkannya di rumah, dengan beradegan seolah-olah Anda tidak mendengar atau tidak memahami isi percakapan.

5. Menjawab pertanyaan

Kemampuan pragmatis yang satu ini membutuhkan keterampilan si kecil dalam memahami sebuah pertanyaan dan bagaimna cara menjawabnya. Misalnya mereka harus bisa menjawab dimana alamat mereka ketika mereka tiba-tiba tersesat, harus bisa memberikan jawaban jika diminta untuk memilih, atau ketika seseorang menanyakan bagaimana perasaan mereka. Anda bisa mengamatinya dari interaksi si kecil bersama keluarga, teman atau komunitas yang lebih luas, dan buatlah catatan kapan mereka sulit memberian respon.

6. Mengajaknya Bergabung dalam Permainan atau Aktivitas Lain

Sangat penting untuk mereka terlibat dalam kelompok bermain seperti di playground atau di sekolah. Ajaklah teman atau keluarga untuk membantu melatih kemampuan ini. Anda bisa menggunakan boneka atau wayang dalam membantu Anda bermain dan mengembangkan kata dan bahasa, sebelum memulainya dalam permainan sebenarnya.

7. Memulai Percakapan

Anda perlu mengajarkan si kecil, bagaimana untuk menarik perhatian lawan bicaranya sebelum mereka berbicara, seperti berdiri di depan lawan bicara, menunggu lawan bicara selesai bicara, meminta izin untuk bicara, atau memulai pembicaraan dengan pertanyaan seperti “Bolehkah adik cerita soal kebun binatang ke Mama?”

8. Meminta Maaf

Ini juga hal yang penting untuk dikembangkan dalam kemampuan pragmatis anak di lingkungan sosial. Mereka harus benar-benar paham kapan mereka perlu meminta maaf. Misalnya, Anda bisa mengambil contoh, saat mereka menjatuhkan atau merusak maiannya, datang terlambat ke sekolah, lupa membuat PR atau menyakiti teman-teman mereka, di situlah mereka harus bisa meminta maaf. Anda juga harus mengajarkan kalimat yang tepat dalam meminta maaf baik pada orang yang lebih tua, seumur atau yang lebih kecil dari mereka.

9. Menggambarkan Sebuah Benda atau Mainan

Kembangkan kemampuan ini di keseharian mereka. Anda bisa memanfaatkan momen ulang tahun atau saat berlibur. Mungkin kita bisa bertanya apa yang sedang ia inginkan sebagai kado ulang tahun, atau apa yang mereka harapkan di liburan tahun ini, dan sebagainya.

Yang perlu dingat adalah, dalam mengembangkan kemampuan pragmatis anak ini, lakukan selalu dalam suasana yang menyenangkan, positif dan senatural mungkin.

Selamat Mencoba!

Ditulis oleh Diana Zegg, Manager Rehabilitasi MED-EL.Diana yang telah bekerja selama beberapa tahun dalam tim Rehabilitasi juga ikut serta dalam proses pengembangan materi untuk mendukung anak dan keluarganya ataupun remaja dan orang dewasa yang memiliki masalah mendengar. Dia saat ini sedang mengikuti pelatihan untuk menjadi Pendidik bagi anak dengan gangguan dengar di University of Birmingham, United Kingdom.

Pustaka

1. Goberis, D. (1999) ‘Social communication skills- Pragmatics checklist (adapted from Simon, C.S., 1984).
2. Yoshinaga-Itano, C. (2015) ‘The missing link in language learning of children who are deaf or hard of hearing: Pragmatics’, Cochlear implants international, 16(1), pp. S53–S54. http://www.tandfonline.com/doi/full/10.1179/1467010014Z.000000000237

Subscribe blog MED-EL dengan memasukan email Anda untuk mendapatkan tips rehabilitasi terbaru setiap minggunya!

Terimakasih atas pesan Anda, kami akan segera membalas.

Kirimkan kami pesan

Wajib diisi

John Doe

Wajib diisi

name@mail.com

Wajib diisi

What do you think?

Mengirim pesan

Memproses komentar

Maaf, terjadi kesalahan. Silakan dicoba kembali.

Terima kasih atas masukan Anda. Komentar Anda akan dipublikasikan setelah disetujui.

Tinggalkan komentar Anda